Maksimalkan Pelajaran Bahasa Daerah
Sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga kultur dan kearifan lokal di Kota Tarakan, Komisi II DPRD Kota Tarakan meminta pelajaran bahasa daerah di setiap sekolah dimaksimalkan. Hal itu dimaksudkan agar generasi muda Kota Tarakan sejak dini mengenal budaya setempat.
Saat dikonfirmasi, Ketua Komisi II DPRD Tarakan, Muhammad Yusuf menuturkan, sejauh ini budaya dan bahasa daerah mulai tergerus kemajuan zaman. Selain itu, masuknya pengaruh budaya luar yang kuat membuat generasi muda enggan tertarik dalam mempelajari budaya lokal yang ada. Sehingga dengan adanya pelajaran bahasa daerah akan menimbulkan kecintaan dan kebanggan pada budaya lokal.
“Di daerah lain bisa diterapkan, Jawa ada pelajaran bahasa tradisional Sunda, Jawa dan sebagainya. Tinggal bagaimana pemerintah daerah saja, kalau di Jawa sudah lama menerapkan ini saya kira juga bisa (menerapkan),” ujarnya, Senin (12/6/2023).
Ia mengakui beberapa waktu lalu pihaknya telah memanggil Dinas Pendidikan dalam rapat dengar pendapat (RDP) membahas ini. Pihaknya akan terus mengupayakan agar usulan tersebut dapat terealisasi. Diakuinya, sejauh ini pelajaran bahasa daerah di Kota Tarakan yakni bahasa Tidung sudah diajarkan di beberapa sekolah. Hanya saja, hal ini belum diterapkan pada semua sekolah secara merata lantaran minimnya tenaga pengajar dengan keahlian khusus.
“Ini juga bagian dari upaya kita membangun rasa cinta dan kebanggaan terhadap bahasa daerah. Kami berharap ini bisa segera dimaksimalkan, semakin cepat semakin bagus. Saya pikir semua orang sependapat meyambut positif usulan ini,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu Budayawan Tidung, Datuk Norbeck menerangkan jika bahasa daerah sepatutnya wajib diajarkan setiap sekolah agar budaya lokal tetap langgeng di masa depan. “Seharusnya begitu, seperti bahasa Jawa ada di setiap sekolah dan bahasa daerah lainnya. Seharusnya begitu, sehingga ke depan tidak akan hilang. Karena di daerah lainnya sudah sejak lama memasukan bahasa pada pelajaran sekolah,” ujarnya.
“Pertama, tenaga pengajar saya kira perlu dimaksimalkan dulu. Bagaimana yang saya tahu di daerah lain yang lebih dahulu menerapkan bahasa daerah menjadi salah satu muatan lokal. Maka di Tarakan bukan hal yang baru, karena 12 tahun lalu dengan inisiasi dewan pendidikan sudah pernah ada. Tetapi tidak berjalan dengan baik karena kekurangan guru,” ungkapnya. **(dkisp)